Sabtu, 10 Maret 2012

Gelisah

Gelap malam penuh kesunyian
Lamunan jauh menerawang angkasa
Membukakan pintu-pintu mimpi
Menyibakan tirai-tirai kegalauan jiwa

Bias keremangan memudarkan kasih
Memutar hati menguak arti ilusi
Memedarkan beribu warni cahaya
Membayang menjauh dari arah cita

Katak merengek ikut meresah
Menggugah hati kala gelisah
Air hujan menetes berduka
Membasah bumi ikut bersedih

Gema kegundahan kian bertalu
Gemercik air melantun irama nan merdu
Berhembus angin membelai lembut
Gemerisik suara daun menghibur
Membangkit menggugah kalbu

Meliuk menari rumput nan ayu
Melambai perlahan seolah mengajak
Melepas duka menjemput cinta
Merayu bernyanyi kerinduan

Renungan Malam

malam ini begitu menerawang,,,,
bagikan gelap tak kunjung terang,,,
manakala hati sedang gundah gulana,,,
menuntun suatu isyarat untuk memenuhi,,,
yang dilalui untuk mengetahui,,,

mulailah untuk menjadi akhir,,,
akhirilah untuk memulai yang baru,,,
dengan tujuan yang pasti,,,
akan sebuah gapaian yang indah,,,
naluri yang kita inginkan,,,
untuk sebuah ilusi,,,
yang terjadi kelak dalam kelam,,,,

malam berganti pagi,,,,
mulai dengan lembaran baru,,,
untuk tujuan yang pasti,,,,
namun terjadi hal2 yang terlah menghalang,,,
dengan tujuan pasti,,,,
halangan tak terhiraukan,,,
dengan jauh melangkah kutrobosnya,,,
untuk menuntaskan dunia depan yang jauh,,,,


salam persahabatan

Catatan Senja

senja rebah di atap tampenis plaza
langit mengatup, mendekap negeri kota
dalam remang cahaya. gerimis jatuh
dan kau tiba-tiba berkata,

– bergegaslah, hai, pengembara.
saat pemberangkatan segera tiba, ke negeri jauh
tempat sejarah melintas dan bermula.

dalam tergesa, aku jadi lupa
memungut dua helai rambutmu
yang tersisa di lipatan jendela plaza
(dengan mulut bau pizza, tadi sempat
kukecup keningmu di balik temboknya)

tak kuduga, harum parfummu terbawa juga
melintas benua, ke pelataran ayasophia
tapi, siapa aku mesti memanggilmu nanti
ketika langkahku sampai ke negerimu lagi
mei hwa, clara, atau aisah saja?

dalam dirimu, tionghoa, melayu, dan eropa
menyatu jadi bangsa yang begitu
menghargai makna kerja

Serial Cinta

Cinta adalah lukisan abadi dalam kanvas kesadaran manusia.
Cinta adalah kata tanpa benda, nama untuk beragam perasaan,
muara bagi ribuan makna, wakil dari kekuatan tak terkira.
Ia ditakdirkan jadi makna paling santun yang menyimpan
kekuasaan dan kekuatan besar.

Cinta misi hanya bersemi pada nurani yang hidup.
Tapi dari manakah nurani menemukan kehidupan?
Dari cinta Allah dan cinta kebenaran. Inilah cintanya cinta.
Denyut kehidupan nurani adalah tanda-tandanya.
Cinta misi adalah buahnya.

Tidak ada karya tanpa cinta misi.
Itu yang membuat cinta ini jadi teramat agung.
Karena seluruh isinya adalah karya. Adalah kerja. Adalah memberi.
Tanpa pernah terpengaruh oleh penerimaan dan penolakan.

Yang mereka cinta sesungguhnya adalah Allah,
adalah kebenaran, adalah misi hidup mereka.
Yang mereka rindukan adalah surga yang abadi,
adalah pandangan mata pada cahaya wajah Allah semata.
Kelelahan-kelelahan itu melahirkan kegembiraan ruhani,
kelezatan yang melahirkan energi baru untuk terus mengejawantahkan cinta.

Allah memberi kelezatan ruhani setiap kali cinta pada-Nya
mengejawantah pada cinta misi, setiap kali cinta yang vertikal itu
mengejawantah pada horizon kehidupan mansia.
Kelezatan ruhani itulah sumber energinya...

Jumat, 09 Maret 2012

Sepotong Rindu di Senjaku

Senja menyapa kepadaku yang terlena
dalam kegundahan
Menghilangkan kegalauan
Yang selalu datang
Mengubah hidupku sebening air
Ini sebuah kerinduan di ujung mata
Memenuhi hasrat yang menggelora
Senja menjadi teman berbincang
Saat daku mencoba menggusik ingatan tentangmu
Dan mencoba mengupas semua episode yang telah lalu
Senja mampukah dia kembali seperti dulu
dalam pengharapan yang tak henti
dan salahkan daku yang merindu
diujung kesepian yang menemani
Karena…
tak kudapati cinta murni
dari seorang insan yang kukagumi
hanya sebuah hinaan yang mengintai
saatku berada dalam lingkaran kehidupan

Puisi ini bersumber dari : http://www.gudangpuisi.com/2012/02/sepotong-rindu-disenjaku.html#ixzz1ogkC8FcO
Blogger yang beretika selalu menampilkan sumbernya.

Embun Dikala Senja

Terik pelita sejati menyinari persada sore ini
setangkai mawar yang merekah indah tadi pagi,
kini layu setelah kumbang arjuna pergi
tak ada kata yang mencaci, hanya gerimis yang perlahan menjadi deras di nurani
ingatan masa lalu mawar kembali menjadi bioskop dimata hatinya
angan tentang indah cinta,
dan harap tentang megahnya mahligai asmara
seakan menjadi cerita cinta yang tiada akhirnya
semua begitu sempurna awalnya
mahligai asmara terwujud indah sebagaimana hakikatnya
jalinan cinta dua makhluk-Nya, menjadi padang zamrud indah didunia
cerita cinta yang penuh hari-hari bahagia
menguntai seribu makna,
dan menjadi pupuk subur bagi keindahan asa
semua begitu indah tiada cela
sampai suatu ketika,
kumbang arjuna terpikat akan keharuman mawar yang baru merekah
dan tanpa rasa bersalah,
kumbang arjuna pergi meninggalkan mawar dengan seribu luka
tak ada air mata,
hanya jiwa yang tersiksa dan gerimis nurani meratapi derita asmara
mawar semakin layu, dirajam sinar pelita dunia
tak ada air mata,
hanya ucapan lirih yang akhirnya mawar ucapkan
satu kalimat dari kelopak yang bersahaja
satu kalimat yang melukiskan semua derita jiwanya
dan ketika pelita dunia semakin membara
satu kalimat itu teruntai begitu saja
“sungguh suatu hal mustahil, jika kuharapkan ada setetes embun dikala senja”
yah..
Dan memang takkan pernah ada
Embun Dikala Senja
perlahan mawar merasa
dirinya semakin dekat dengan keindahan surga
dan selembut angin sore menyapa dunia,
perlahan kelopak terakhir mawar gugur mengharumkan persada..